Sejenak menundukkan kepala, merenungi perjalanan hidup yang selama ini kita lalui. Ada suka ada duka, ada tangis ada-pula tawa. Sejauh perjalanan tentang laku diri, pernahkah atau sering-kali kah kita introspeksi diri ?
Hari ini
yang kita jalani, apakah lebih baik dari hari kemarin ? Hari besok apakah akan
lebih baik dari hari ini ? Ataukah kita termasuk orang-orang yang merugi ? atau
jangan-jangan kita termasuk orang yang celaka ?
Mari
bercermin pada hati, tak perlu kita menilai orang lain. Rumput tetangga memang
selalu hijau, dan arah pandang kita selalu ke-atas. Seolah kita khawatir dengan
kehidupan dan melalaikan kematian.
Kuman di
seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak.
Begitu
pandai kita melihat kesalahan orang-orang di sekeliling kita. Sekecil apapun
sebuah kesalahan yang di ungkap di muka umum akan mengelinding membesar seperti
bola salju. Sementara perilaku salah kita, kita sah-kan lewat pembenaran
Buruk
muka, cermin di belah
Kita
selalu meng-kambinghitam-kan orang lain karena kesalahan yang di perbuat
sendiri. Padahal kita tahu cermin akan memantulkan bayangan nyata “siapa kita
sebenarnya”.
Jari
menunjuk, Kelingking terkait.
Begitu
mudah menjatuhkan tuduhan bahwa orang lain tak benar, walau sesungguhnya
kelingking terkait menunjukkan “siapa diri kita sebenarnya” di mata orang lain.
Lempar
batu, sembunyi tangan.
Kita yang
berbuat salah, tapi mengalihkan kepada orang. Seolah diri adalah malaikat yang
tak berdosa. Kita makan nagkanya, orang lain dapat getahnya.
Bercerminlah
pada hati, jangan bercermin di air keruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar