Minggu, 05 Agustus 2012

Jangan Bercermin Di Air Keruh


Sejenak menundukkan kepala, merenungi perjalanan hidup yang selama ini kita lalui. Ada suka ada duka, ada tangis ada-pula tawa. Sejauh perjalanan tentang laku diri, pernahkah atau sering-kali kah kita introspeksi diri ?

Hari ini yang kita jalani, apakah lebih baik dari hari kemarin ? Hari besok apakah akan lebih baik dari hari ini ? Ataukah kita termasuk orang-orang yang merugi ? atau jangan-jangan kita termasuk orang yang celaka ?

Mari bercermin pada hati, tak perlu kita menilai orang lain. Rumput tetangga memang selalu hijau, dan arah pandang kita selalu ke-atas. Seolah kita khawatir dengan kehidupan dan melalaikan kematian.

Kuman di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak.

Begitu pandai kita melihat kesalahan orang-orang di sekeliling kita. Sekecil apapun sebuah kesalahan yang di ungkap di muka umum akan mengelinding membesar seperti bola salju. Sementara perilaku salah kita, kita sah-kan lewat pembenaran

Buruk muka, cermin di belah

Kita selalu meng-kambinghitam-kan orang lain karena kesalahan yang di perbuat sendiri. Padahal kita tahu cermin akan memantulkan bayangan nyata “siapa kita sebenarnya”.

Jari menunjuk, Kelingking terkait.

Begitu mudah menjatuhkan tuduhan bahwa orang lain tak benar, walau sesungguhnya kelingking terkait menunjukkan “siapa diri kita sebenarnya” di mata orang lain.

Lempar batu, sembunyi tangan.

Kita yang berbuat salah, tapi mengalihkan kepada orang. Seolah diri adalah malaikat yang tak berdosa. Kita makan nagkanya, orang lain dapat getahnya.

Bercerminlah pada hati, jangan bercermin di air keruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar