Biadariku, aku akan berusaha membimbingmu pada jalan Allah swt, dengan mengharan cinta – Nya. Aku ini pelengkap hidupmu, dan kau pun pelengkap hidupku. Ketika terpuruk melandaku, kau mengobarkan semangat padaku untuk bangkit dari keterpurukan itu. Di mataku, kau begitu sabar menghadapiku dalam berbagai keadaan. Sungguh, aku bahagia hidup bersamamu. Begitu juga kau, bidadariku. Kau pasti juga bahagia hidup bersamaku.
Bidadariku, aku punya kabar yang mungkin tak mengenakanmu. Besok aku akan pergi untuk jihad fii sabilillah. Maka, aku ingin menghabisakan waktu bersamamu. Kuingin kau mengizinkanku pergi. Aku tidak tahu takdir Allah swt terhadapku. Apakah aku kembali, atau aku dipanggil Sang Khaliq dengan kemuliaan.
Bidadariku, dengan berat hatiku pergi meninggalkanmu walau kau ridha dengan kepergianku, tapi cintaku pada Allah swt melebihi cintaku padamu. Jangan kau menangisi kepergianku. Aku akan berikan kepadamu semua buku – buku yang kupunya dan Al Qur’an sebagai teman selama aku tidak di sampingmu.
Bidadariku, jagalah dirimu. Jadikan calon jundi kecil kita menjadi seorang mujahid yang menggoreskan tinta emas sepanjang sejarah Islam. Maafkan aku, jika selama ini belum menjadi suami yang baik untukmu. Maafkan aku, jika selama kau bersamaku, hidupmu menjadi susah. Apabila aku kembali, itu menjadi rizkiku untuk hodup bersamamu dan ikut mendidik junji – jundi kita menjadi mujahid yang tangguh. Akan tetapi, jika aku tak kembali, itu adalah takdir Allah yang diberikan padaku sebagai syahid, insya Allah.
Bidadariku, sebelum kau melepasku diambang pintu, aku punya satu permintaan untukmu. Aku ingin memelukmu dan mengecuk keningmu untuk terakhir kalinya. Selamat tinggal bidadariku. Kalaulah Allah memberiku syahid, kutunggu kau di jannah – Nya nanti. Jangan menangis, karena aku tak sanggup melihat air matamu dalam melepas kepergianku.
@muslimah zone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar