Di sebuah kampung nelayan ada seorang pemuda yang dikenal sebagai
‘pemuda yang gagal’. Setiap kali ia berlayar hendak menangkap ikan
pemuda ini selalu saja kembali dengan perahu kosongnya tanpa seekorpun
ikan yang ia bawa. Sekalipun ada, terhitung sangat sedikit bila
dibandingkan tangkapan nelayan muda lainnya.
Suatu hari, dengan
tekad mematahkan anggapan jelek nelayan lain tentang dirinya, ia
berlayar jauh ke suatu tempat yang tidak satupun nelayan lain pernah
mengayuhkan perahunya ke sana untuk menangkap ikan. 1, 2, 3 hari
berlalu, tak satu orang pun dari penduduk kampong nelayan yang melihat
si pemuda ini kembali menepi ke kampungnya itu. Hingga satu bulan pun
berlalu, di hari ke empat puluh kepergiannya akhirnya beberapa nelayan
dari penduduk kampong pun bergegas pergi melaut untuk mencari atau
sitidaknya memastikan kondisi si pemuda gagal itu.
Singkat ketik
pendek cerita, akhirnya mereka menemukan si pemuda gagal tersebut yang
ternyata berada dalam kondisi yang masih hidup namun terlihat kelalahan
sekaligus bingung dengan kondisi dirinya sendiri. Yang mencengangkan
bagi para nelayan yang mencarinya ketika itu, si pemuda gagal ini
ternyata berhasil mendapatkan ikan yang begitu besar melebihi besarnya
perahu yang mereka tumpangi. Si nelayan pun bertanya,
Nelayan :
“hai pemuda, kamu telah mendapatkan ikan yang begitu besar ini, lantas
apa yang kamu lakukan disini?? Penduduk kampong sudah terlalu lama
menunggu hasil tangkapanmu…”
Si Gagal : “di hari pertama aku
berlayar pun aku sudah mendapatkan ikan besar ini. tapi aku bingung
bagaimana aku harus membawa ikan ini
ke tepian…”
……………….
Apa ibroh yang bisa sahabat dapatkan dari sedikit kisah nelayan tersebut di atas???
Sedikit
makna kisah yang bisa kita ambil diantaranya, bahwa sebenarnya apa dan
siapapun makhluk-NYA, ALLAH SWT telah mencukupi rizkinya di dunia,
bahkan nikmat-NYA melimpah melebihi apa yang kita butuhkan. Hanya saja
banyak diantara kita yang belum mampu untuk kemudian menemukan atau
menjemput pintu rizki itu hingga sampai ke pangkuan kita.
•
ketika seorang bermata minus memakai kaca mata milik org lain yang
berbeda ukuran kemampuannya boleh jadi ia tidak akan mampu melihat
tulisan yang ia baca. Ketidakmampuannya melihat tulisan tersebut bukan
karena tidak ada huruf-huruf dalam bacaan yang ia baca, melainkan karena
ia tidak mampu melihatnya karena keterbatasan yang ada.
Banyak
diantara kita yang menyandarkan rizkinya hanya pada satu pintu saja,
padahal hakikatnya banyak sekali pintu-pintu rizki yang ALLAH bukakan
untuk kita untuk kemudian kita masuk ke dalamnya. Mungkin memang dengan
satu pintu itu ALLAH sudah mencukupi kebutuhan kita (tergantung pada
bagaimana kita mensyukurinya), namun tidak bisa kita pungkiri
bahwasannya manusia tidak pernah lepas dari yang namanya ‘keinginan’.
• “lapar cukup dengan sepiring nasi, tapi keinginan takkan cukup dengan segunung makanan pun”
Selain
itu tidak sedikit pula diantara kita yang belum sampai menemukan siapa
dirinya, seperti apa jati dirinya, seberapa besar potensinya, dan di
mana letak potensi itu berada sudah lantas mengatakan ‘saya tidak bisa
melakukannya’.
• Ingat “sebagian besar orang gagal terjebak pada kata ‘hampir berhasil’”
Kalau
dalam firman-NYA ALLAH SWT mengatakan ‘tidaklah kutimpakan ujian kepada
manusia melainkan sesuai dengan kesanggupannya’, maka demikian pula
dengan bagaimana cara ALLAH melimpahkan rizki kepada makhluk-NYA.
Tidaklah mungkin mendapatkan untung dari berdagang ketika kita tidak
punya kemampuan berdagang yang baik atau bahkan tidak mau berdagang.
• “memancing di selokan hanya akan mungkin mendapatkan ikan gapi bukan ikan paus..!!”
Potensi
manusia secara fisik memang jelas berbeda-beda dan itu menjadi
ketentuan ALLAH semata, tetapi hakikat potensi sebenarnya tidak lantas
datang begitu saja tetapi harus dibangun, ditingkatkan, dan dipelihara
ketika memang sudah sampai pada porsinya.
ALLAH memberikan
potensi yang berbeda-beda kepada manusia, akan tetapi bukan pada
seberapa besar potensi yang ada pada kita yang menjadi ukuran seberapa
besar rizki yang ALLAH limpahkan untuk kita yang pada akhirnya juga
menjadi penilaian ALLAH kualitas hidup manusia, melainkan pada seberapa
mampu diri kita untuk kemudian memaksimalkan sepenuhnya potensi yang
telah ALLAH berikan kepada kita.
Tidak sedikit orang yang
diberikan kecerdasan lebih untuk untuk meraih gelar sarjana, rizkinya
tidak lebih dari seorang pedagang tamatan SMA misalnya. Banyak orang
yang diberikan mata yang sempurna rizkinya tidak lebih dari seorang yang
buta.
Lepas dari takdir yang menggariskannya, ini cara ALLAH mengangkat manusia pilihan-NYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar