Senin, 30 Juli 2012

Amalan Malaikat.............

Banyak di antara kita yang lebih bersedih pada urusan-urusan sepele seputar duniawi; bersedih karena sedikitnya harta, bersedih karena belum mendapatkan jodoh, bersedih karena belum memiliki anak, bahkan ada yang bersedih karena karena kecewa dengan cinta yang tak abadi. Padahal dunia ini tempat persinggahan sementara. Kebahagiaan seseorang itu tidak diukur dari materi duniawi, melainkan dari kebenaran yang sedang ditegakkannya dan kedekatannya pada Allah SWT. Bersedih karena urusan-urusan duniawi tidaklah menenteramkan hati dan tidaklah menambah kebaikan apa pun kepada kita. Sebaliknya, kesedihan hanya menambah gejolak dalam jiwa kita.

Jangan sampai juga kesedihan kita karena kesedihan kelalaian, dimana bersedih karena luput beramal shaleh, keburu ditinggal Ramadhan, atau keburu nyawanya lewat, ada cerita jamaah yang menyesali tidak mengajari istrinya, atau anaknya, itu sebuah cerita ditengah puluhan ribu email, bahkan beberapa kisah secara kosong dibawain tim ustadz dalam kajian Ramadhan, agar para yatim tidak terlalu sedih, para dhuafa tidak terlalu mengeluhkan nasib, para pemilik masalah siapapun harus menyadari kehidupan ini adalah ujian baik kaya dan miskin, jadi kadang harapan panjang angan2 memupus impian kita yang salah tempat, misalnya juga penyesalan karena saat ajal sudah sulit dan dipersulit beramal shaleh.

Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhary)

Coba lihat betapa detilnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan ciri orang yang paling afdhol dalam bersedekah. Sekurangnya kita temukan ada empat kriteria: (1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi; (2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.

Pertama, orang yang paling afdhol dalam bersedekah ialah orang yang dalam keadaan sehat lagi loba alias tamak alias berambisi sangat mengejar keuntungan duniawi, jadi pahala sedekah jauh lebih besar disaat kita pelit, disaat kita sedang pengen nabung duit, keutamaannya karena perjuangannya mmembebaskan rasa yang dibisikan syetan. Luar biasa.

Niatan bersedekah dibangun untuk mendatangkan keredhoan Allah SWT, sebagai tujuan utama.

Tujuannya ke Allah demi menghindari kesusahan duniawi dan terlebih lagi di akhirat. Hadist diatas tidak ditujukan kepada siapa kamu bersedekah atau sipenerima sedekahnya, artinya tujuan sedekah adalah nomor kesekian karena yang penting redho Allahnya dulu baru kemudian Insya Allah dipermudah.
Misalnya baca lg status sedekah ikhlas bikin tobat pencuri, orang kaya dan pelacur di = http://alturl.com/6en9k

Rasulullah SAW bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka, walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.” (Mutafaqalaih)

Berikutnya adalah patokan nilai, besarnya pahala tergantung dari kondisi keuangan orangnya.

Bahkan yang nominalnya kecil dapat mengalahkan jumlah yang besar asalkan ikhlas menggantungkan harapan yang kuat kepada Allah SWT

Misalnya Bersedekah satu dolar bisa jadi lebih baik dari pada bersedekah seratus ribu dollar. Jika seseorang hanya memiliki dua dollar kemudian disedekahkannya satu dollar, maka sedekah tersebut adalah lebih baik dari pada sedekah dari seseorang Billioner, tetapi hanya mensedekahkan seratus ribu dollar.

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu?” Nabi SAW menjawab, “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersedekah dengannya, dan seorang lagi memiliki harta benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disedekahkannya. (H.R. An-Nasaa’i)

Di bulan Ramadhan jangan sampai kita menunggu sampai ruh kita berada di tenggorakan, karena pada saat itu harta kita sudah dipastikan bukan milik kita lagi tetapi sudah menjadi milik ahli waris.

Ramadhan kita seperti meniru amalan malaikat, gak makan dan gak minum menahan nafsu diantaranya, agar kenapa ? agar derajat kita sebagai manusia terangkat menjauhi ketanahan atau menjauhi unsur kebinatangan menuju unsur langit. Dimana malaikat sangat patuh dan langsung bersegera menunju perintah Allah SWT tanpa ba-bi-bu dan gak ada duanya, Insya Allah kebiasaan kita lah yang akan menjadikan jiwa mendekati kepada Hamba Allah yang sempurna, dan Allah yang menyempurnakan juga tergantung niat perjuangan kita juga, dan doa.

##Yusuf Mansur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar