Kisah Bidadari Surga ღ✿.•.
Namanya
Aini. begitu ummi biasa memanggilnya. Salah satu "adik" terbaik yang
pernah ummi miliki, yang pernah ummi temui dan alhamdulillah Allah
pertemukan ummi dengannya...
Seharusnya 20 Nopember nanti genap
ia menginjak usia 37 tahun. Beberapa tahun bersamanya, banyak contoh
yang bisa ummi ambil darinya. Kedewasaan sikap, keshabaran,
keistiqomahan, dan pengabdian yang lua...r biasa meretas jalan dakwah
ini. Seorang muharrik dakwah yang tangguh dan tak pernah menyerah. Sosok
yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah putus asa dan memiliki
khusnuzon yang teramat tinggi kepada Allah. Dan dia adalah salah satu
amanah ummi terberat, ketika memang harusnya ia sudah memasuki sebuah
jenjang pernikahan...
Ketika beberapa akhwat lain yang lebih
muda usianya melenggang dengan mudahnya menuju jenjang tersebut, maka
Aini ,Allah taqdirkan harus terus meretas kesabaran. Beberapa kali ummi
berikhtiar membantunya menemukan ikhwan shalih, tetapi ketika sudah
memulai setengah perjalanan proses..Allah pun berkehendak lain. Namun
begitu, tidak pernah ada protes yang keluar dari lisannya, tidak juga
ada keluh kesah, atau bahkan mempertanyakan kenapa sang ikhwan begitu "
lemahnya " hingga tidak mampu menerjang berbagai penghalang ? Atau
ketika masalah fisik, suku, serta terlebih usia yang selalu menjadi
kendala utama seorang ikhwan mengundurkan diri , Aini pun tidak pernah
mempertanyakan atau memprotes " kenapa ikhwan sekarang seperti ini ??
Tidak ada gurat sesal, kecewa, atau sedih pada raut muka ataupun tutur
katanya. Kepasrahan dan keyakinan terhadap kehendak Allah begitu indah
terlukis dalam dirinya...
Hingga, akhirnya seorang ikhwan
shalih yang dengan kebaikan akhlak serta ilmunya, datang dan berkenan
untuk menjadikannya seorang pendamping. Tidak ada luapan euphoria
kebahagiaan yang ia tampakkan selain ucapan singkat yang penuh makna
"Alhamdulillah..jazakillah
ummi sudah membantu...mohon doa agar diridhai Allah "...
Alhamdulillah , Allah mudahkan proses ta’arauf serta khitbah mereka,
tanpa ada kendala apapun seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Padahal
ikhwan shalih yang Allah pilihkan tersebut berusia 8 tahun lebih muda
dari usianya.
Berkomitmen pada sunnah Rasulullah untuk
menyegerakan sebuah pernikahan, maka rencana akad pun direncanakan 1
bulan kemudian, bertepatan dengan selesainya adik sang ikhwan
menyelesaikan studi di negeri Mesir...
Namun , Allah lah Maha Sebaik-baik Pembuat keputusan...
2 minggu menjelang hari pernikahan, sebuah kabar duka pun datang. Usai
Aini mengisi sebuah ta’lim , motor yang dikendarainya terserempet sebuah
mobil, dan menabrak kontainer didepannya. Aini shalihah pun harus
meregang nyawa di ruang ICU. 2 hari setelah peristiwa itu, Rumah sakit
yang menanganinya pun menyatakan menyerah. Tidak sanggup berbuat banyak
karena kondisinya yang begitu parah...
Hanya iringan dzikir
disela-sela isak tangis kami yang berada disana. Semua keluarga Aini
juga sang ikhwan pun sudah berkumpul. Mencoba menata hati bersama untuk
pasrah dan bersiap menerima apapun ketentuanNya. Kami hanya terus berdoa
agar Allah berikan yang terbaik dan terindah untuknya. Hingga sesaat,
Allah mengijinkan Aini tersadar dan menggerakkan jemarinya. Rabb..sebait
harapan pun kembali kami rajut agar Allah berkenan memberikan
kesembuhan, walau harapan itu terus menipis seiring kondisinya yang
semakin melemah. Hingga kemudian sang ikhwan pun mengajukan sebuah
permintaan kepada keluarga Aini...
" Ijinkan saya untuk
membantunya menggenapkan setengah Dien ini. Jika Allah berkehendak
memanggilnya, maka ia datang menghadap Allah dalam keadaan sudah
melaksanakan sunnah Rasulullah..."...
Permintaan yang membuat kami semua tertegun. Yakinkah dia dengan keputusannya ??
Dalam kedaaan demikian , akhirnya 2 keluarga besar itupun sepakat memenuhi permintaan sang ikhwan...
Sang bunda pun membisikkan rencana tersebut di telinga Aini. Dan baru
kali itulah ummi melihat aliran airmata mengalir dari sepasang mata
jernihnya...
Tepat pukul 16.00, dihadiri seorang
penghulu,orangtua dari 2 pihak, serta beberapa sahabat dan dokter serta
perawat...pernikahan yang penuh tangis duka itupun dilaksanakan. Tidak
seperti pernikahan lazimnya yang diiringi tangis kebahagiaan, maka
pernikahan tersebut penuh dengan rasa yang sangat sulit terlukiskan.
Khidmat, sepi namun penuh isakan tangis kesedihan...
Tepat
setelah ijab kabul terucap...sang ikhwan pun mencium kening Aini serta
membacakan doa diatas kain perban putih yang sudah berganti warna
menjadi merah penuh darah yang menutupi hampir seluruh kepala Aini.
Lirih, kami pun masih mendengar Aini berucap, " Tolong Ikhlaskan
saya....."..
Hanya 5 menit. Ya..hanya 5 menit setelah ijab
kabul itu. Tangisanpun memecah ruangan yang tadinya senyap menahan sesak
dan airmata. Akhirnya Allah menjemputnya dalam keadaan tenang dan
senyum indah...
Dia telah menjemput seorang bidadari...
Sungguh indah karunia dan janji yang telah Allah berikan padanya...
Dia memang hanya pantas untuk para mujahidNya di Jannah al firdausi....
Dan sang ikhwan pun melepas dengan penuh sukacita dengan iringan tetes airmata yang tidak kuasa ditahannya...
" ..Saya telah menikahi seorang bidadari.. nikmat mana lagi yang saya dustakan..."...
Begitulah sang ikhwan shalih mengutip ayat Ar RahmanNya...
Ya Rabb..Engkau sebaik-baik pembuat skenario kehidupan hambaMu..Maka
jadikanlah kami senantiasa dapat memngambil hikmah dari setiap episode
kehidupan yang Engkau berikan...
Selamat jalan adikku sayang
...engkau memang bidadari surga yang Allah tidak berkenan seorang ikhwan
pun didunia ini yang bisa mendampingi kehidupanmu kecuali para ikhwan
shalih yang berkhidmat di jalan dakwah dengan ikhlas, tawadhu dan siap
berjihad dijalanNya dan kelak menutup mata sebagai seorang
syuhada...."...
Selamat jalan Aini..semoga Allah memberimu
tempat terindah di surgaNya....Semoga Allah kumpulkan kita kelak didalam
surgaNya...Aamiin)..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar